Minggu, 08 Juli 2018

Kerusakan Lingkungan pada Sungai Citarum


Lingkungan merupakan sekumpulan dari segala sesuatu yang membentuk kondisi dan akan mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung baik dalam segi individual maupun komunitas. Kerusakan lingkungan dapat terjadi bila daur materi dalam lingkungan hidup mengalami perubahan, sehingga keseimbangan dalam hal struktur maupun fungsi daur materi terjadi karena proses alam atau juga perbuatan manusia.
Pada zaman seperti ini telah banyak suatu kegiatan atau perbuatan manusia untuk memenuhi kebutuhan biologis ataupun ekonomi dengan menggunakan teknologi yang akan menimbulkan kerusakan atau pencemaran lingkungan. Manusia juga dapat merubah keadaan lingkungan yang tercemar akibat perbuatannya ini menjadi keadaan lingkungan yang lebih baik atau menjaga lingkungannya. Namun, banyak manusia yang tidak sadar sehingga dapat menjadi faktor terjadinya kerusakan lingkungan. Kegiatan manusia yang tidak disadari ini dapat dilihat dari diberlakukannya denda bagi masyarakat yang membuang sampah sembarangan pada area tertentu.
Hasil gambar untuk sungai citarum terkotor di dunia
Penampakan Sungai Citarum
Sungai Citarum yang berhulu di Cisanti, lereng Gunung Wayang, Bandung Selatan . Dahulu sungai Citarum sangat bersih dan jernih, hal tersebut dikarenakan belum banyaknya limbah pabrik yang mencemari sungai citarum. Akhirnya World Bank, memberikan predikat kepada Sungai Citarum yang memiliki panjang 300 km dinobatkan sebagai sungai terkotor di dunia. Suatu rekor yang tidak menyenangkan untuk Indonesia. Seperti dikutip dari halaman National Geographic, tingkat limbah dan polusi di Sungai Citarum sudah sangat mengkhawatirkan untuk penduduk yang berada didekat sungai citarum. Penelitian menunjukkan bahwa sungai tersebut mengandung bahan kimia beracun dimana kandungan kimia dalam airnya seribu kali lipat lebih tinggi dari batas air minum aman yang ditetapkan Amerika Serikat. Karena kotornya air sungai ini, tidak sedikit penduduk lokal di sekitar Sungai Citarum yang menderita berbagai penyakit. Penduduk lokal, tidak sedikit yang menderita berbagai penyakit kulit, mulai dari kudis hingga infeksi kulit. Juga gangguan pernapasan akibat menghirup asap pabrik. Selain itu kualitas air yang buruk akibat limbah dan polusi juga merusak hasil panen para petani.
Faktor dari kumuhnya sungai citarum ini karena saat ini terdapat sekitar 2000 pabrik  yang setiap harinya menyumbang 280 ton limbah industri yang dibuang ke sungai. Serta, kurangnya penanganan terhadap banyaknya limbah industri yang dibuang ke sungai citarum. Sehingga tidak aneh jika sungai citarum menjadi seperti saat ini. Tata kelola mengenai Citarum kini telah beralih dari pemerintah daerah ke pemerintah pusat. Dengan segala keadaan yang terjadi, pemerintah pusat memiliki tujuan yang harus dicapai dengan menjadikan air dari Sungai Citarum layak untuk diminum pada tahun 2025. Pemerintah juga telah berjanji akan menindak tegas pabrik-pabrik yang mengabaikan aturan pembuangan limbah. Selain itu, ada upaya pemasangan CCTV untuk memantau pelanggar-pelanggar yang mencoba membuang sampah dan limbah ke sungai. Jika berhasil, tentunya hal ini akan sangat berdampak besar bagi keadaan ekonomi, lingkungan, dan kesehatan masyarakat sekitar Sungai Citarum.

Sumber : https://www.merdeka.com/foto/peristiwa/946635/20180302172551-wajah-kumuh-citarum-sungai-paling-tercemar-di-dunia-002-nfi.html , https://www.idntimes.com/science/discovery/eka-supriyadi/menurut-world-bank-citarum-merupakan-sungai-terkotor-di-dunia-c1c2/full

Rabu, 30 Mei 2018

Kerusakan Lingkungan Akibat Perilaku Manusia dan Teknologi


Hasil gambar untuk kerusakan lingkungan akibat manusiaKerusakan lingkungan merupakan lingkungan hidup yang berkurangnya atau tercemarnya sumber daya air, sumber udara, serta sumber tanah. Kerusakan ekosistem dan punahnya fauna liar serta rusaknya lingkungan diatas tanah. Kerusakan lingkungan juga bisa diartikan dengan timbulnya perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat-sifat fisik atau hayati yang mngakibatkan lingkungan menjadi kurang atau tidak adanya fungsi lagi.  Kerusakan lingkungan hidup akan mengakibatkan suatu perubahan sifat-sifat dan unsur-unsur lingkungan yang berakibat peran dan arti penting lingkungan hidup bagi kehidupan menjadi terganggu, bahkan tidak berfungsi lagi. Faktor dari penyebab lingkungan hidup adalah faktor manusia dan faktor kesulitan teknologi.
Faktor perilaku manusia disini adalah dimana manusia memiliki sifat berlebihan dalam mencapai keinginannya. Manusia melihat lingkungan hidup sebagai sumber daya yang harus dipergunakan guna memenuhi kebutuhannya. Sehingga manusia lupa akan kelangsungan hidup lingkungan itu sendiri, manusia menggunakan fasilitas alam dengan sebanyak-banyaknya tanpa memehartikan kelestarian lingkungan hidup yang menyebabkan kerusakan atau hilangnya sumber daya alam yang ada. Seperti penebangan pohon. Faktor perilaku manusia terdapat dari sikap individu. Sikap individu seperti tidak peduli terhadap lingkungan, pandangan yang berpusat pada diri sendiri, perasaan tidak berarti, merupakan sifat yang dapat menebabkan timbulnya kerusakan lingkungan. Kerusakan yang terjadi walaupun dilakukan sedikit demi sedikit, tetapi jika dilakukan terus menerus maka kerusakan lingkungan akan semakin parah. Faktor perilaku manusia terdapat dari Faktor perilaku manusia terdapat dari masyarakat yang bersinergi rendah. Masyarakat seperti ini merupakan masyarakat yang tidak mempunyai satu tujuan sehingga yang terjadi adalah hilangnya kekuatan untuk memperbaiki lingkungan yang telah rusak. Hal ini harus dihindari untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan. Kegiatan yang dapat merusak ligkungan karena faktor manusia adalah penebangan hutan secara liar (penggundulan hutan). Perburuan hewan liar. Merusak hutan bakau. Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman. Pembuangan sampah di sembarang tempat. Bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS). Pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan di luar batas.
Bentuk kerusakan oleh faktor manusia adalah Terjadinya pencemaran (pencemaran udara, air, tanah, dan suara) sebagai dampak adanya kawasan industri. Terjadinya banjir, sebagai dampak buruknya drainase atau sistem pembuangan air dan kesalahan dalam menjaga daerah aliran sungai dan dampak pengrusakan hutan. Terjadinya tanah longsor, sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan. Faktor dalam kesulitan teknologi. Kesulitan dalam mencari teknologi yang ramah lingkungan, sehingga banyak yang menggunakan teknologi yang tidak ramah lingkungan bahkan merusak lingkungan. Seperti menggunakan air conditioner pada ruangan.

Hasil gambar untuk kerusakan lingkungan akibat teknologiDalam sektor industri kemajuan teknologi sangat memberikan kemajuan terhadap industri baja, industri kapal laut, kereta api, industri mobil, yang memperkaya peradaban manusia. bahkan kemajuan teknologi juga mampu menghasilkan sulfur dioksida, karbon dioksida, CFC, dan gas-gas buangan lain yang mengancam kelangsungan hidup manusia akibat memanasnya bumi akibat efek “rumah kaca”. Selain efek rumah kaca, tercemarnya udara juga diakibatkan oleh asap pembuangan dari industri-industri pabrik. Teknologi yang diandalkan sebagai instrumen utama dalam “revolusi hijau” mampu meningkatkan hasil pertanian, karena adanya bibit unggul, bermacam jenis pupuk yang bersifat suplemen, pestisida dan insektisida. Dibalik itu, teknologi yang sama juga menghasilkan berbagai jenis racun yang berbahaya bagi manusia dan lingkungannya, bahkan akibat rutinnya digunakan berbagi jenis pestisida ataupun insektisida mampu memperkuat daya tahan hama tanaman misalnya wereng dan kutu loncat. Teknologi juga mampu memberi rasa aman dan kenyamanan bagi manusia serta mampu menyediakan berbagai kebutuhan manusia saat ini, seperti halnya hasil dari teknologi diantaranya obat anti nyamuk yang praktis untuk disemprotkan atau tabung gas kebakaran untuk mengatasi kebakaran, alat-alat pendingin (lemari es dan AC), dan berbagai jenis aroma parfum dalam kemasan yang menawan. Serangkai dengan proses tersebut, ternyata CFC (chiorofluorocarbon) dan tetra fluoro ethylene polymer yang digunakan justru dapat menimbulkan menipisnya lapisan ozon di stratosfer. Teknologi memungkinkan negara-negara berkembang untuk memanfaatkan kekayaan alamnya dalam rangka meningkatkan sumber devisa negara dan berbagai pembiayaan pembangunan, namun akibat yang ditimbulkannya dapat merusak hutan tropis sekaligus berbagai jenis tanaman berkhasiat obat dan beragam jenis fauna yang langka.

Nama   : Titi Hanifatul Karimah
Kelas   : 3ID11
NPM   : 36415911

Konsep Ekologi Dalam Ilmu Pengetahuan Lingkungan Konsep Ekologi Hutan


Hasil gambar untuk ekologi
Ekologi merupakan ilmu yang mepelajari tentang interaksi antara organisme dengan lingkungannya . ekologi berasal dari kata oikos (bahasa Yunani) yang berarti habitat dan logos yang berarti ilmu. Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari interaksi antar makhluk hidup dengan lingkungan sekitarnya. Ernst Haeckal pada tahun 1834-1914 mengungkapkan istilah ekologi yang mempelajari makhluk hidup sebagai kesatuan dengan lingkungannya. Konsep dasar ekologi sudah dilakukan dalam masyarakat tradisional. Bagaimana konsep hidup manusia dengan hewan, air dan udara serta tumbuh-tumbuhan yang memenuhi kehidupan manusia dan hewan.  Konsep ekologi seperti konsep gunungan dalam pewayangan  atau konsep hasta brata dalam kehidupan kejawen. Namun konsep yang ada pada masyarakat tradisional tidak dipandang sebagai konsep ilmu ekologi, karena pada dasarnya tidak dicetuskan secara teoritis. Mereka mengetahui ilmu ilmu ekologi dari barat secara tertulis. Kehidupan primitif untuk bisa bertahan hidup membutuhkan pengetahuan tentang lingkungan mereka tinggal , tentang bagaimana kekuatan alam dan tumbuh-tumbuhan, serta bagaimana buasnya hewan liar yang ada disekitar mereka. Bahkan tentang api yang bisa dipergunakan dan diperkenalkan sebagai budaya dan melalui kebudayaan pada saat manusia pertama kali mengenal api sebagai dewa. Tetapi itu semua belum menyangkut kedalam ilmu ekologi yang sebenarnya, hanya sekedar ilmu bagaimana mereka dapat mempertahankan hidup mereka. Pemenuhan kebutuhan manusia bisa terpenuhi karena adanya pemanfaatan lingkungan yang terbentuk karena pengelolaan lingkungan hidup. Dari pengelolaan lingkungan hidup, maka terjadilah hubungan timbal balik antara lingkungan biofisik dengan lingkungan sosial. Dalam hal timbal baliik antar manusia dengan lingkungan ini sudah berkaitan dengan konsep ekologi, terutama tentang konsep hubungan timbal balik antar lingkungan biofisik dengan lingkungan sosial. Dengan demikian apabila membicarakan lingkungan hidup, maka konsep ekologi akan selalu terkait.

Hasil gambar untuk hutan
Ekologi hutan merupakan cabang dari ekologi yang  husus mempelajari ekosistem hutan. Hutan dipandang sebagai suatu ekosistem karena hubungan antara masyarakat tetumbuhan yang membentuk hutan dengan binatang liar dan didalamnya terdapat alam lingkungan yang sangat erat. Oleh karena itu, hutan yang dipandang sebagai suatu ekosistem dapat dipelajari dari segi autekologi maupun sinekologinya. Dari segi autekologi, maka di hutan bisa dipelajari pengaruh suatu faktor lingkungan terhadap hidup dan tumbuhnyasuatu jenis pohon yang sifat kajiannya mendekati fisiologi tumbuhan, dapat juga dipelajari pengaruh suatu faktor lingkungan terhadap hidup dan tumbuhnya suatu jenis binatang liar atau margasatwa. Bahkan dalam autekologi dapat dipelajari pola perilaku suatu jenis binatang liar, sifat adaptasi suatu jenis binatang liar, maupun sifat adaptasi suatu jenis pohon. Dari segi sinekologi, dapat dipelajari berbagai kelompok  jenis tumbuhan sebagai suatu komunitas, misalnya mempelajari pengaruh keadaan tempat tumbuh terhadap komposisi dan strukturvegetasi, atau terhadap produksi hutan. Dalam ekosistem hutan itu bisa juga dipelajari pengaruh berbagai faktor ekologi terhadap kondisi populasi, baik populasi tumbuhan maupun populasi binatang liar yang ada di dalamnya. Akan tetapi pada prinsipnya dalam ekologi hutan, kajian dari kedua segi (autekologi dan sinekologi) itu sangat penting karena pengetahuan tentang hutan secara keseluruhan mencakup pengetahuan semua komponen pembentuk hutan, sehingga kajian ini diperlukan dalam pengelolaan sumber daya hutan. Hutan dipandang sebagai suatu ekosistem adalah sangat tepat, mengingat hutan itu dibentuk atau disusun oleh banyak komponen yang masing-masing komponen tidak bisa berdiri sendiri, tidak bisa dipisah-pisahkan, bahkan saling memengaruhi dan saling bergantung.
Berdasarkan atas komposisi jenis organisme yang dikaji, maka ekologi digolongkan menjadi dua sebagai berikut. Yang pertama autekologi, yaitu ekologi yang mempelajari suatu spesies organisme atau organisme secara individu yang berinteraksi dengan lingkungannya. Contoh autekologi misalnya mempelajari sejarah hidup suatu spesies organisme (baik tumbuhan maupunbinatang), perilaku, dan adaptasinya terhadap lingkungan. Jadi, jika kita mempelajari hubungan antara pohon Pinus merkusil dengan lingkungannya, maka itu termasuk autekologi. Yang kedua sinekologi, yaitu ekologi yang mempelajari kelompok organisme yang tergabung dalam satu kesatuan dan Baling berinteraksi dalam daerah tertentu. Misalnya mempelajari struktur dan komposisi spesies tumbuhan di hutan rawa, hutan gambut, atau di hutan payau, mempelajari pola distribusi binatang liar di hutan alam, hutan wisata, suaka margasatwa, atau di taman nasional, dan lain sebagainya.
Cagar alam dan suaka margasatwa, taman burung dan taman wisata, taman laut, taman nasional, hutan lindung, dan hutan produksi, semuanya merupakan suatu ekosistem. Manusia yang memanfaatkan atau mengelola ekosistem tersebut harus mempunyai pengetahuan ekologi (ekologi hutan) dan mau menerapkan dalam setiap kegiatan pemanfaatan dan pengelolaan hutan, sehingga hutan dapat dimanfaatkan secara maksimal dan kelestariannya terjamin. Bahkan seharusnya pengetahuan ekologi hutan menjadi prasyarat bagi profesi rimbawan, bagi para. petugas yang mengelola ekosistem hutan, bagi para pecinta alam dan lingkungan, dan bagi siapa pun yang ingin memanfaatkan atau mempunyai kepentingan dengan ekosistem hutan (Manan, 1978). Dengan demikian, kesalahan yang mungkin terjadi dalam melakukan pengelolaan terhadap semua jenis ekosistem hutan dapat dicegah dan dihindari.
Dalam bidang pembinaan hutan, dapat dikemukakan bahwa silvikultur sesungguhnya sama dengan penerapan ekologi hutan untuk aspek budi daya pohon hutan. Manan (1978) menyatakan bahwa pentingnya menerapkan konsep ekologi dalam perhutanan, hal itu sebagai respons terhadap adanya upaya penanaman secara monokultur yang dilakukan besar-besaran. Sesungguhnya yang dinamakan silvikultur intensif (intensive silviculture) itu hanya bisa bertahan jika dilakukan pemberian pupuk, pemberantasan hama dan penyakit, Beserta perlindungan secara intensif terhadap kebakaran. Gejala tersebut sudah mulai tampak dan terasa dalam pengelolaan hutan jati dan hutan tusam di Indonesia, sehingga memang lebih baik berhati­hati dalam membangun hutan monokultur, tegakan murni, ataupun hutan seumur dalam Skala besar.
Berdasarkan atas uraian di atas, maka logis (masuk akal) bahwa setiap langkah dan tindakan manusia dalam mengelola sumber daya alam seperti air, tanah, mineral, minyak bumi, energi, dan hutan akan selalu mengakibatkan perubahan yang positif maupun negatif. Dalam hal demikian, pengetahuan ekologi dapat membantu manusia untuk memanfaatkan dan melestarikan sumber daya alam. Oleh karena itu, di bidang perhutanan, kesalahan pengelolaan hutan dapat dihindari jika semua orang yang terkait dengan ekosistem hutan itu memahami aturan main ekologi yang disebut sebagai konsep ekologi.
Penebangan hutan atau penjarangan pohon yang dilakukan terlalu keras, kesalahan memilih jenis pohon untuk reboisasi, pemasukan jenis asing tanpa pengujian dan percobaan lapangan terlebih dahulu, konversi hutan alam di pegunungan menjadi hutan tanaman monokultur, penebangan hutan tanpa keahlian rimbawan, pembakaran hutan, perladangan berpindah, dan kegiatan lain yang merusak ekosistem hutan, semuanya akan berakibat parch dan mengancam kelestarian sumber daya hutan di Indonesia. Dengan demikian, para rimbawan dan calon rimbawan harus berpandangan jauh ke depan tentang kelestarian hutan, dan perlu membekali diri dengan pengetahuan ekologi hutan. Menurut saran yang dikemukakan oleh Manan (1978): "Lebih baik berhemat dalam memanfaatkan kekayaan nasional berupa hutan daripada di kemudian hari kita dan generasi kita mewarisi jutaan hektar padang alang-alang yang gersang."
http://andre4088.blogspot.com/2012/08/ekologi-hutan.html

Senin, 09 April 2018

Pemanfaatan Teknologi Dalam Melestarikan dan Mengelola Lingkungan dengan Keterbatasan SDA Dalam Pembangunan Berkelanjutan


Laporan Penulisan Pemanfaatan Teknologi Dalam Melestarikan dan Mengelola Lingkungan dengan Keterbatasan SDA Dalam Pembangunan Berkelanjutan
Hasil gambar untuk gunadarma
Disusun Oleh:

Kelas                           : 3ID11
Mata Kuliah/Dosen     : Pengetahuan Lingkungan/ Tika Riantika, ST
Nama/NPM                 : 1. Adi Rispan Jani P             ( 30415132 )
                                      2. M. Riefqi Ferdhana A       ( 33415944 )
                                      3. Rangga Maulidin              ( 35415652 )
                                      4. Titi Hanifatul Karimah      ( 36415911 )



JURUSAN TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS GUNADARMA
BEKASI
2018

Isi
Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yakni suatu pembangunan yang berorientasi pada pemenuhan kebutuhan manusia melalui pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana, effisien dan memperhatikan keberlanjutan pemanfaatannya baik untuk generasi masa kini mnaupun generasi mendatang. Konsep pembangunan berkelanjutan dihasilkan dari kesepakatan global pada Konfrensi Tingkat Tinggi Bumi di Rio de Janeiro, Brazil tahun 1992.
Pembangunan berkelanjutan menekankan pada pentingnya penguatan peran bermacam kelompok utama diantaranya komunitas ilmuan dan teknologi. Peran teknologi pengelolaan lingkungan dalam berbagai kegiatan sangat penting
artinya dalam upaya pencegahan pencemaran lingkungan. Upaya pendekatan teknologi
yang ramah lingkungan dan berkelanjutan harus secara maksimal diupayakan.
Pembangunan berkelanjutan juga bertumpu pada tiga pilar yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan hidup. Ketiga pilar ini perlu diperhatikan secara berimbang agar disatu sisi pembangunan dapat dinikmati semua orang, terutama penduduk miskin dan pembangunan dapat terus menerus dilaksanankan dengan dukungan ketersediaan sumberdaya alam. Pembangunan berkelanjutan hanya dapat dilakukan dengan penguasaan teknologi yang baik dan berkesinambungan pula.  Penguasaan teknologi yang berkesinambungan akan membawa kesejahteraan masyarakatnya dan akan menjamin pula konservasi sumber-sumber alam secara dinamik, termasuk ketersediaan dan pengelolaan common properties secara berkesinambungan.
Pencegahan pencemaran melalui proses dan produk dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi yang tidak menghasilkan atau seminimal mungkin menghasilkan limbah. Oleh karena itu pengembangan teknologi pengelolaan lingkungan dilakukan secara terus menerus. Kebanyakan perusahaan manufaktur Indonesia umumnya mempunyai kemampuan operasional yang cukup tinggi, artinya mampu menjalankan proses produksi di pabrik secara lancar, namun kemampuan akuisitif, inovatif dan adatif umumnya dilakukan oleh mitra asing, sedangkan mitra dan tenaga ahli Indonesia umumnya kurang berperan.
Sebab itu, transfer teknologi lingkungan juga tidak berjalan lancar atau terbatas saja pada kemampuan operasional. Transfer teknologi merupakan masalah penting terutama bagi negara berkembang. Pada kenyataanya banyak teknologi yang dijual di negara berkembang merupakan teknologi bekas yamg sudah tidak digunakan lagi karena sudah tidak memenuhi standar yang baru ataupun peraturan yang berlaku.
Kegiatan penelitian dan pengembangan teknologi lingkungan dalam dukungan peran sektor swasta sangatlah penting. Perlu berbagai masukan dari berbagai pihak yang bergerak di bidang pengelolaan sumber daya alam. Masing-masing perusahaan diharapkan dapat lebih meningkatkan pengelolaan lingkungan dengan terus menggunakan teknologi akrab lingkungan.
Pesatnya pertumbuhan teknologi seperti saat ini seakan tidak lagi ada jarak di dunia yang begitu luas ini. Kejadian di berbagai belahan dunia yang berjarak ribuan kilometer dapat disaksikan dan dilakukan komunikasi secara real time. Bersamaan dengan kemajuan peran teknologi dalam kehidupan manusia, kerusakan sumber-sumber alam banyak terjadi dan sering dituduhkan sebagai akibat eksplorasi berlebihan dalam penggunaan teknologi.
Menghadapi masalah globalisasi di bidang lingkungan dan pembangunan, transfer teknologi akrab lingkungan menjadi masalah penting tidak hanya dalam lingkup nasional, maupun juga dalam lingkup internasional. Permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan teknologi lingkungan adalah sebagai berikut:
1.             Belum adanya mekanisme verifikasi serta menginformasikan setiap teknologi lingkungan yang handal dan layak untuk dugunakan oleh masyarakat.
2.             Terbatasnya jenis lingkungan tepat guna dan ramah lingkungan.
3.             Teknologi lingkungan masih dianggap sebagai parameter yang memperbesar biaya produksi.
4.             Tidak semua teknologi lingkungan yang diimpor sesuai dan dapat memberikan efektifitas yang sama apabila di pasang di negara pengguna.
5.             Kerusakan-kerusakan alam dan umumnya terjadi di negara-negara yang penguasaan teknologinya masih rendah, sehingga sering terjadi eksplorasi alam berlebih karena penggunaan teknologi yang tidak memadai sehingga nilai tambah dari sebuah produk tidak dihasilkan secara maksimal.
6.             Imbas dari penguasaan teknologi yang rendah berakibat pada kemampuan produksi hanya sebatas bahan-bahan mentah untuk menghasilkan nilai jual (uang) yang lebih banyak maka sumber-sumber alam tersebut harus diambil lebih banyak yang menyebabkan terjadinya over-exploration.
Permasalahan ini harus segera ditanggulangi agar pencemaran dan pengrusakan lingkungan tidak terjadi. Peran pemerintah dalam menanggulangi permasalahan teknologi lingkungan bagi pembangunan dengan menyediakan teknologi berwawasan lingkungan yang harganya murah dan terjangkau merupakan rantangan yang harus segera menjadi prioritas. Kita perlu menetapkan strategi masa depan dalam penguasaan, penerapan dan pengembangan teknologi lingkungan agar permasalahan tersebutr diatas dapat diselesaikan, yaitu:
1.             Pemerintah memfasilitasi konsultasi diantara semua stakeholders yang terkait dalam menciptakan teknologi lokal yang baik dan cocok untuk pengelolaan lingkungan.
2.             Mendorong penyebaran dan pengembangan teknologi lingkungan antara institusi peneliti dengan organisasi bisnis.
3.             Pemerintah memberikan inisiatif pada institusi yang mengembangkan dan mengimplementasikan teknologi yang akrab lingkungan.
4.             Memberikan edukasi tentang pengembangan pemanfaatan teknologi kepada para pelaku teknologi dengan cara mendatangkan para pakar dibidang teknologi lingkungan dalam pengolahan SDA yang lebih maksimal.
Pelaksanakan dari strategi tersebut perlu dilaksanakan program dalam pengembangan teknologi lingkungan dengan cara Kemitraan diantara institusi peneliti, perguruan tinggi dan swasta, meningkatkan teknologi lanjutan, teknologi proses, teknologi produksi dan re-engineering, menciptakan iklim kondusif untuk penyebaran dan pengembangan ilmu pengetahuan serta teknologi lingkungan, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna berwawasan lingkungan, mengembangkan penelitian dan teknologi sesuai dengan hasil evaluasi terhadap kinerja teknologi yang telah diterapkan.
Kesimpulan
1.            Pembangunan berkelanjutan bertumpu pada tiga pilar atau dimensi, yaitu dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan hidup serta teknologi.
2.            Teknologi telah berkembang dengan pesat, sehingga segala pemberian alam telah dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia, dan sebaliknya juga telah dapat menurunkan kualitas hidup dan kehidupan manusia, terutama kalau penggunaan teknologi itu didasarkan pada tanggung jawab moral.
3.            Tindakan konservasi tidak hanya dilakukan dalam pengertian yang sempit saja, tetapi yang lebih utama adalah dalam pengertian yang modern, agar kegiatan pembangunan dapat berlangsung terus menuju masyarakat yang berkelanjutan.
4.            Pembangunan berkelanjutan atau sustainable development dapat dicapai dengan penguasaan pengetahuan dan teknologi yang baik. Penguasaan teknologi yang baik hanya bisa terjadi kalau dilakukan proses pembudayaan teknologi secara sistematis, terstruktur dan didasarkan pada aspek konservasi.
  

Daftar Pustaka

·          Lubis, Suwardi. 2003. Peranan Sistem Informasi dalam Pembangunan Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan. Medan: Universitas Sumatera Utara. Diunduh di www.library.usu.ac.id/download/fisip/komunikasi-suwardi%20lbs.pdf
·          Kementrian Lingkungan Hidup. 2002. Peran dan Strategi Teknologi Lingkungan Dalam Mendukung Pembangunan Berkelanjutan. Diunduh di http://www.menlh.go.id/peran-dan-strategi-teknologi-lingkungan-dalam-mendukung-pembangunan-berkelanjutan/

Tugas Kewirausahaan: Business Plan Usaha Bola Ubi Unyu

KEWIRAUSAHAAN ( USAHA DIBIDANG MAKANAN “BOLA UBI UNYU ”) Disusun Oleh : NAMA                     : Titi Hanifatul Karimah ...