Ekologi
merupakan ilmu yang mepelajari tentang interaksi antara organisme dengan
lingkungannya . ekologi berasal dari kata oikos (bahasa Yunani) yang berarti
habitat dan logos yang berarti ilmu. Ekologi diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari interaksi antar makhluk hidup dengan lingkungan sekitarnya. Ernst
Haeckal pada tahun 1834-1914 mengungkapkan istilah ekologi yang mempelajari
makhluk hidup sebagai kesatuan dengan lingkungannya. Konsep dasar ekologi sudah
dilakukan dalam masyarakat tradisional. Bagaimana konsep hidup manusia dengan
hewan, air dan udara serta tumbuh-tumbuhan yang memenuhi kehidupan manusia dan
hewan. Konsep ekologi seperti konsep
gunungan dalam pewayangan atau konsep
hasta brata dalam kehidupan kejawen. Namun konsep yang ada pada masyarakat
tradisional tidak dipandang sebagai konsep ilmu ekologi, karena pada dasarnya
tidak dicetuskan secara teoritis. Mereka mengetahui ilmu ilmu ekologi dari
barat secara tertulis. Kehidupan primitif untuk bisa bertahan hidup membutuhkan
pengetahuan tentang lingkungan mereka tinggal , tentang bagaimana kekuatan alam
dan tumbuh-tumbuhan, serta bagaimana buasnya hewan liar yang ada disekitar
mereka. Bahkan tentang api yang bisa dipergunakan dan diperkenalkan sebagai
budaya dan melalui kebudayaan pada saat manusia pertama kali mengenal api
sebagai dewa. Tetapi itu semua belum menyangkut kedalam ilmu ekologi yang
sebenarnya, hanya sekedar ilmu bagaimana mereka dapat mempertahankan hidup mereka.
Pemenuhan kebutuhan manusia bisa terpenuhi karena adanya pemanfaatan lingkungan
yang terbentuk karena pengelolaan lingkungan hidup. Dari pengelolaan lingkungan
hidup, maka terjadilah hubungan timbal balik antara lingkungan biofisik dengan
lingkungan sosial. Dalam hal timbal baliik antar manusia dengan lingkungan ini
sudah berkaitan dengan konsep ekologi, terutama tentang konsep hubungan timbal
balik antar lingkungan biofisik dengan lingkungan sosial. Dengan demikian
apabila membicarakan lingkungan hidup, maka konsep ekologi akan selalu terkait.
Ekologi hutan merupakan cabang dari ekologi yang husus mempelajari
ekosistem hutan. Hutan dipandang sebagai suatu ekosistem karena
hubungan antara masyarakat tetumbuhan yang membentuk hutan dengan binatang liar
dan didalamnya terdapat alam lingkungan yang sangat erat. Oleh karena itu, hutan yang dipandang sebagai suatu ekosistem
dapat dipelajari dari segi autekologi
maupun sinekologinya. Dari segi autekologi, maka di hutan bisa dipelajari pengaruh suatu faktor lingkungan terhadap hidup dan tumbuhnyasuatu
jenis pohon yang sifat kajiannya mendekati fisiologi tumbuhan, dapat juga
dipelajari pengaruh suatu faktor lingkungan terhadap hidup dan tumbuhnya suatu jenis binatang liar atau margasatwa.
Bahkan dalam autekologi dapat
dipelajari pola perilaku suatu jenis binatang liar, sifat adaptasi suatu jenis binatang liar, maupun sifat
adaptasi suatu jenis pohon. Dari segi sinekologi, dapat dipelajari
berbagai kelompok jenis tumbuhan sebagai suatu
komunitas, misalnya mempelajari pengaruh keadaan tempat tumbuh
terhadap komposisi dan strukturvegetasi, atau terhadap
produksi hutan. Dalam ekosistem hutan itu bisa juga dipelajari
pengaruh berbagai faktor ekologi terhadap kondisi populasi, baik populasi tumbuhan
maupun populasi binatang liar yang ada di dalamnya. Akan tetapi pada prinsipnya
dalam ekologi hutan, kajian dari kedua segi (autekologi dan sinekologi) itu
sangat penting karena pengetahuan tentang hutan secara keseluruhan mencakup
pengetahuan semua komponen pembentuk hutan, sehingga kajian ini diperlukan
dalam pengelolaan sumber daya hutan. Hutan dipandang sebagai suatu ekosistem
adalah sangat tepat, mengingat hutan itu
dibentuk atau disusun oleh banyak komponen yang masing-masing
komponen tidak bisa berdiri sendiri, tidak bisa dipisah-pisahkan, bahkan saling
memengaruhi dan saling bergantung.
Berdasarkan
atas komposisi jenis organisme yang dikaji, maka ekologi digolongkan menjadi
dua sebagai berikut. Yang pertama autekologi,
yaitu ekologi yang mempelajari suatu spesies organisme atau organisme secara individu yang
berinteraksi dengan lingkungannya. Contoh autekologi misalnya
mempelajari sejarah hidup suatu spesies organisme (baik tumbuhan maupunbinatang), perilaku, dan adaptasinya terhadap lingkungan.
Jadi, jika kita mempelajari
hubungan antara pohon Pinus merkusil dengan lingkungannya,
maka itu termasuk autekologi. Yang kedua sinekologi, yaitu ekologi yang
mempelajari kelompok organisme yang
tergabung dalam satu kesatuan dan Baling berinteraksi dalam daerah
tertentu. Misalnya mempelajari struktur dan komposisi spesies tumbuhan di hutan rawa, hutan gambut, atau
di hutan payau, mempelajari pola distribusi binatang liar di hutan
alam, hutan wisata, suaka margasatwa, atau di taman nasional, dan lain
sebagainya.
Cagar
alam dan suaka margasatwa, taman burung dan taman wisata, taman laut, taman nasional, hutan lindung, dan hutan produksi,
semuanya merupakan suatu ekosistem. Manusia yang memanfaatkan atau mengelola
ekosistem tersebut harus mempunyai pengetahuan
ekologi (ekologi hutan) dan mau menerapkan dalam setiap kegiatan
pemanfaatan dan pengelolaan hutan, sehingga hutan dapat dimanfaatkan secara
maksimal dan kelestariannya terjamin. Bahkan seharusnya pengetahuan ekologi
hutan menjadi prasyarat bagi profesi
rimbawan, bagi para. petugas yang mengelola ekosistem hutan, bagi
para pecinta alam dan lingkungan, dan bagi siapa pun yang ingin memanfaatkan
atau mempunyai kepentingan dengan ekosistem hutan (Manan, 1978). Dengan
demikian, kesalahan yang mungkin terjadi dalam melakukan pengelolaan terhadap
semua jenis ekosistem hutan dapat dicegah dan dihindari.
Dalam
bidang pembinaan hutan, dapat dikemukakan bahwa silvikultur sesungguhnya sama dengan
penerapan ekologi hutan untuk aspek
budi daya pohon hutan. Manan (1978) menyatakan bahwa pentingnya menerapkan konsep ekologi dalam
perhutanan, hal itu sebagai respons terhadap adanya upaya penanaman
secara monokultur yang dilakukan besar-besaran. Sesungguhnya yang dinamakan
silvikultur intensif (intensive silviculture) itu hanya bisa
bertahan jika dilakukan pemberian pupuk, pemberantasan hama dan penyakit, Beserta perlindungan secara intensif
terhadap kebakaran. Gejala tersebut sudah mulai tampak dan terasa
dalam pengelolaan hutan jati dan hutan
tusam di Indonesia, sehingga memang lebih baik berhatihati dalam
membangun hutan monokultur, tegakan murni, ataupun hutan seumur dalam Skala
besar.
Berdasarkan
atas uraian di atas, maka logis (masuk akal) bahwa setiap langkah dan tindakan
manusia dalam mengelola sumber daya alam seperti air, tanah, mineral, minyak
bumi, energi, dan hutan akan selalu mengakibatkan perubahan yang positif maupun
negatif. Dalam hal demikian, pengetahuan ekologi dapat membantu manusia
untuk memanfaatkan dan melestarikan
sumber daya alam. Oleh karena itu, di bidang perhutanan, kesalahan pengelolaan hutan dapat dihindari jika
semua orang yang terkait dengan ekosistem hutan itu memahami aturan main
ekologi yang disebut sebagai konsep ekologi.
Penebangan
hutan atau penjarangan pohon yang dilakukan terlalu keras, kesalahan memilih jenis pohon untuk
reboisasi, pemasukan jenis asing
tanpa pengujian dan percobaan lapangan terlebih dahulu, konversi hutan alam di pegunungan menjadi hutan
tanaman monokultur, penebangan hutan tanpa keahlian rimbawan,
pembakaran hutan, perladangan berpindah,
dan kegiatan lain yang merusak ekosistem hutan, semuanya akan
berakibat parch dan mengancam kelestarian sumber daya hutan di Indonesia.
Dengan demikian, para rimbawan dan calon rimbawan harus berpandangan jauh ke
depan tentang kelestarian hutan, dan
perlu membekali diri dengan pengetahuan ekologi hutan. Menurut
saran yang dikemukakan oleh Manan (1978): "Lebih baik berhemat dalam
memanfaatkan kekayaan nasional berupa
hutan daripada di kemudian hari kita dan generasi kita mewarisi
jutaan hektar padang alang-alang yang gersang."
http://andre4088.blogspot.com/2012/08/ekologi-hutan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar