Mata Kuliah : Ilmu
Budaya Dasar
Dosen : Muhammad
Burhan Amin
Topik Makalah/Tulisan
PEMBANGUNAN KETAHANAN BUDAYA
BERSUMBER DARI KELUARGA
Kelas : 1-ID08
Tanggal Penyerahan
Makalah : 18 Januari 2016
Tanggal Upload
Makalah : 19 Januari 2016
P E R N Y A T A A N
Dengan ini saya menyatakan bahwa seluruh pekerjaan
dalam penyusunan makalah ini saya buat sendiri tanpa meniru atau mengutip dari
tim / pihak lain.
Apabila
terbukti tidak benar, saya siap menerima konsekuensi untuk mendapat nilai 1/100
untuk mata kuliah ini.
P e n y u s u n
N P M
|
Nama
Lengkap
|
Tanda
Tangan
|
35415911
|
TITI HANIFATUL
KARIMAH
|
Program Sarjana Teknologi Industri
UNIVERSITAS GUNADARMA
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut
nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, kami panjatkan puja dan
puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang PEMBANGUNAN
KETAHANAN BUDAYA BESUMBER DARI KELUARGA.
Makalah
ini penulis susun dengan maksimal dan mendapatkan informasi dari berbagai
sumber yang akurat sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada sumber-sumber yang telah
membantu dalam membuat makalah ini
Dengan ini kami menyadari sepenuhnya
bahwa dalam makalah ini banyak kekurangan dari segi penulisan bahasa atau
penulisan kalimatnya, oleh karena itu kami sangat menerima kritik dan saran
yang membangun dari pembaca untuk memperbaiki makalah ini. Semoga makalah PEMBANGUNAN KETAHANAN BUDAYA BESUMBER DARI
KELUARGA. bisa bermanfaat untuk pebbaca ataupun untuk
masyarakat.
Bekasi,16 Desember 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Pernyataan i
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
BAB I Pendahuluan
Latar
Belakang 1
Tujuan 1
Sasaran
2
BAB II Permasalahan
Kekuatan
(strength)
3
Kelemahan
(weaknes)
3
Peluang
(opportunity)
3
Tantangan
/ hambatan (threats)
4
BAB III kesimpulan dan rekomendasi
Kesimpulan
dan rekomendasi 5
Refrensi 6
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pengaruh
keluarga dalam pendidikan anak sangat besar dalam berbagai macam sisi.
Keluargalah yang menyiapkan potensi pertumbuhan dan pembentukan kepribadian
anak. Lebih jelasnya, kepribadian anak tergantung pada pemikiran dan tingkah
laku kedua orang tua serta lingkungannya. Kedua orang tua memiliki peran yang
sangat penting dalam mewujudkan kepribadian anak. Perilaku-perilaku anak akan
menjadikan penyempurna mata rantai interaksi anggota keluarga dan pada saat yang
sama interaksi ini akan membentuk kepribadiannya secara bertahap dan memberikan
arah serta menguatkan perilaku anak pada kondisi-kondisi yang sama dalam
kehidupan.
Ayah dan ibu adalah teladan pertama bagi pembentukan pribadi anak. Keyakinan-keyakinan, pemikiran dan perilaku ayah dan ibu dengan sendirinya memiliki pengaruh yang sangat dalam terhadap pemikiran dan perilaku anak. Karena kepribadian manusia muncul berupa lukisan-lukisan pada berbagai ragam situasi dan kondisi dalam lingkungan keluarga.
Keluarga berperan sebagai faktor pelaksana dalam mewujudkan nilai-nilai, keyakinan-keyakinan dan persepsi budaya sebuah masyarakat. Ayah dan ibulah yang harus melaksanakan tugasnya di hadapan anaknya. Khususnya ibu yang harus memfokuskan dirinya dalam menjaga akhlak, jasmani dan kejiwaannya pada masa pra kehamilan sampai masa kehamilan dengan harapan Allah memberikan kepadanya anak yang sehat dan saleh.
Faktor-faktor (genetik dan lingkungan) secara terpisah atau dengan sendirinya tidak bisa menentukan pendidikan tanpa adanya yang lainnya, akan tetapi masing-masing saling memiliki andil dalam menentukan pendidikan dan kepribadian seseorang sehingga jika salah satunya tidak banyak dipergunakan maka yang lainnya harus dipertekankan lebih keras.
Konteks kepribadian yang sudah didefinisikan pada pembahasan di atas tidak ada kaitannya dengan kepribadian baik atau buruk, akan tetapi dalam tulisan ini penulis berusaha mengkaji kepribadian yang baik dan positif dalam bingkai peran kedua orang tua dalam mewujudkan kepribadian anak. Kedua orang tua memiliki tugas di hadapan anaknya di mana mereka harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan anaknya. Anak pada awal masa kehidupannya memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhinya.
Dengan dipenuhinya kebutuhan-kebutuhan mereka maka orang tua akan menghasilkan anak yang riang dan gembira. Untuk mewujudkan kepribadian pada anak, konsekuensinya kedua orang tua harus memiliki keyakinan terhadap nilai-nilai kemanusiaan, begitu juga kedua orang tua harus memiliki pengetahuan berkaitan dengan masalah psikologi dan tahapan perubahan dan pertumbuhan manusia. Melalui perawatan dan perlakuan yang baik dari orang tua, anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, baik fisik-biologis maupun sosiopsikologisnya. Apabila anak telah memperoleh rasa aman, penerimaan sosial dan harga dirinya, maka anak dapat memenuhi kebutuhan tertingginya, yaitu perwujudan diri (self actualization).
Ayah dan ibu adalah teladan pertama bagi pembentukan pribadi anak. Keyakinan-keyakinan, pemikiran dan perilaku ayah dan ibu dengan sendirinya memiliki pengaruh yang sangat dalam terhadap pemikiran dan perilaku anak. Karena kepribadian manusia muncul berupa lukisan-lukisan pada berbagai ragam situasi dan kondisi dalam lingkungan keluarga.
Keluarga berperan sebagai faktor pelaksana dalam mewujudkan nilai-nilai, keyakinan-keyakinan dan persepsi budaya sebuah masyarakat. Ayah dan ibulah yang harus melaksanakan tugasnya di hadapan anaknya. Khususnya ibu yang harus memfokuskan dirinya dalam menjaga akhlak, jasmani dan kejiwaannya pada masa pra kehamilan sampai masa kehamilan dengan harapan Allah memberikan kepadanya anak yang sehat dan saleh.
Faktor-faktor (genetik dan lingkungan) secara terpisah atau dengan sendirinya tidak bisa menentukan pendidikan tanpa adanya yang lainnya, akan tetapi masing-masing saling memiliki andil dalam menentukan pendidikan dan kepribadian seseorang sehingga jika salah satunya tidak banyak dipergunakan maka yang lainnya harus dipertekankan lebih keras.
Konteks kepribadian yang sudah didefinisikan pada pembahasan di atas tidak ada kaitannya dengan kepribadian baik atau buruk, akan tetapi dalam tulisan ini penulis berusaha mengkaji kepribadian yang baik dan positif dalam bingkai peran kedua orang tua dalam mewujudkan kepribadian anak. Kedua orang tua memiliki tugas di hadapan anaknya di mana mereka harus memenuhi kebutuhan-kebutuhan anaknya. Anak pada awal masa kehidupannya memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhinya.
Dengan dipenuhinya kebutuhan-kebutuhan mereka maka orang tua akan menghasilkan anak yang riang dan gembira. Untuk mewujudkan kepribadian pada anak, konsekuensinya kedua orang tua harus memiliki keyakinan terhadap nilai-nilai kemanusiaan, begitu juga kedua orang tua harus memiliki pengetahuan berkaitan dengan masalah psikologi dan tahapan perubahan dan pertumbuhan manusia. Melalui perawatan dan perlakuan yang baik dari orang tua, anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, baik fisik-biologis maupun sosiopsikologisnya. Apabila anak telah memperoleh rasa aman, penerimaan sosial dan harga dirinya, maka anak dapat memenuhi kebutuhan tertingginya, yaitu perwujudan diri (self actualization).
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui
kekuatan dan kelemahan dari Pembangunan Ketahanan Budaya Besumber Dari Keluarga.
a.
Untuk
mengetahui kekuatan dari Pembangunan Ketahanan Budaya Besumber Dari Keluarga.
b.
Untuk
mengetahui kelemahan dari Pembangunan Ketahanan Budaya Besumber Dari Keluarga.
c.
Untuk
mengetahui peluang dari Pembangunan Ketahanan Budaya Besumber Dari Keluarga
d.
Untuk
mengetahui tantangan dari Pembangunan Ketahanan Budaya Besumber Dari Keluarga
1.3
Sasaran
Sasaran di buatnya makalah SWOT tentang
Pembangunan Ketahanan Budaya Besumber Dari Keluarga di tunjukan kepada Pembaca,
Orang Tua, dan Anak agar memahami dan manambah wawasan.
BAB
II
PERMASALAHAN
Analisis permasalahan Pembangunan Ketahanan Budaya Besumber Dari Keluarga dengan
memperhatikan dan mempertimbangkan
kondisi lingkungan internal maupun eksternal dilihat dari aspek :
1. Kekuatan
(Strength)
a.
Ajarkan
Kemandirian pada anak sejak usia dini, seperti membiarkan makan, mandi,
berpakaian, dan berinteraksi kepada orang lain, namun ajarkan pula untuk
memilih orang yg baik. Dengan mengajarkan kemandirian sejak kecil maka si anak
menerapkanya hingga dewasa kelak
b.
Ajarkan
dan Tumbuhkan Rasa Sosial, Bersimpati, Emapti, dll. Bertujuan agar anak tidak
sulit bersosialisasi di tempat baru, menghargai pendapat orang lain, dan selalu
menolong orang yang kesusahan atau butuh pertolongan
c.
Mengajarkan
Rasa Tanggung Jawab, Ajarkan dan ingatkan anak Anda untuk
selalu memiliki rasa tanggung jawab terhadap dirinya, seperti membereskan
mainannya sendiri itu merupakan bentuk tanggung jawab yang sangat sederhana.
d.
Mengajarkan
Anak Untuk selalu jujur dalam keadaan apapun, agar anak selalu jujur jangan
marah jika anak jujur namun jujurnya yang orang tua tidak suka, cukup dengan
menasihati agar tidak melakukan hal tersebut untuk yang kedua kali.
2. Kelemahan
(Weakness)
a. Dalam
mendidik anak terkadang orang tua terlalu keras dan lebih mementingkan egonya,
sehingga komunikasi antara anak dan orang tua tidak terjalin dengan baik.
b. Anak
biasanya tidak mengerti dan salah paham dalam menanggapi didikan dari orang
tuanya sehingga tidak terjalin hubungan yang harmonis.
c. Selalu
Memenuhi Permintaan Anak. Sebagian orang tua ada yang selalu memberi setiap
yang diinginkan anaknya, tanpa memikirkan baik dan buruknya bagi anak.
d. Terlalu banyak larangan. Banyak
melarang anak pun itu sering terjadi karna ke khawatiran yang berlebihan orang
tua terhadap anaknya, sehingga membuat si anak tidak nyaman untuk bergerak
diluar dan cenderung sering berbohong.
3. Peluang
(Opportunity)
a. Lebih
mengerti keadaan anak dimana ia harus harus bercerita tentang hidupnya atau
membiarkan si anak menyendiri dan merangkulnya dengan baik.
b. Dari
anak yang mudah di atur itu sangat menjadi kebahagiaan tersendiri untuk orang
tua, karena seara tidak langsung mereka mengerti apa yang orang tua inginkan
tentang si anak.
c. Anak
selalu jujur membuat orang tua tidak perlu khawatir tentang apa yang mereka
laukakan diluar.
d. Komunikasi
antara si anak dan orang tua searah, maksudnya apa yang orang tua bilang si
anak sudah mengerti tanpa penjelasan yang detail.
4. Tantangan/Hambatan
(Threats)
a. Kurangnya
komunikasi antara orang tua dan anak menjadi hambatan tersendiri dalam mendidik
anak supaya menjadi anak yang baik atau sesuai keinginan orang tua. Karena
missed komunikasi yang diajarkan orang tua kepada anak menjadi terhambat
sehingga yang timbul hanya masalah karena si ana dan orang tua tidak saling
paham satu sama lain.
b. Lingkungan
sekitar yang tidak sesuai dengan ajaran yang diberikan orang tua menjadikan
anak sering membantah perintah orang tua. Karena lingkungan sekitar anak
mencoba menerapkan hal yang sesuai dengan lingkunganya.
c. Saat
beranjak dewasa anak mencari jati diri sehingga anak mencoba hal-hal yang tidak
diajarkan orang tua di rumah. Dalam keadaan ini anak sangat rentan untuk
mencoba hal hal yang mungkin dapat merusak dirinya.
d. Terhasut
teman atau mencoba masuk ke dunia yang tidak baik, dari awalnya hanya mencoba
hingga ketagihan. Karena dalam luar lingkup keluarga anak sangat bebas
melakukan hal yang orang tuanya tidak tahu atau tidak mengerti tentang apa yang
mereka lakukan sehingga sangat rentan masuk ke dunia yang tidak baik.
BAB
III
REKOMENDASI
DAN KESIMPULAN
1.
Rekomendasi
a. Dalam
mengajarkan anak untuk jujur, orang tua sebaiknya mengawali dengan jujur dari
dirinya dan menjelaskan bagaimana efek dari berbohong. Dan memberikan hukuman
yang wajar jika ia sulit untuk jujur
b. Jangan
terlalu keras dalam mendidik anak tapi tegas, karena jika terlalu keras yang
ada anak biasanya berontak dan mencari kehidupan di luar yang kurang baik.
c. Menasihati
anak agar pandai memilih teman yang baik, atau dengan memberi penjelasan
terlebih dahulu agar tidak mudah terhasut oleh orang-orang yang mengajak hal
yang tidak baik.
d. Membiarkan
hal yang anak suka dan tetap mengontrol hal-hal yang mereka lakukan agar tetap
di jalan yang baik dan mendukung hal-hal yang mereka lakukan. Karena anak
sangat membutuhkan dukungan dari orang tua dalam setiap hal yang mereka ingin
lakukan.
2.
Kesimpulan
a.
Mengajarkan rasa tanggung jawab dari kecil
akan membawa dampak yang baik ketika si anak dewasa kelak, karena sudah dari
kecil anak terbiasa bertanggung jawab maka orang-orang akan mempercayai dia
sebagai orang yang bertanggung jawab begitu pula ketika ia kerja, akan menjadi
orang yang profesional ketika bekerja/
b.
Anak tercipta untuk menjadi dirinya
sendiri dengan cara yang benar sesuai nilai-nilai yang berlaku. Pada saat kita
menerapkan pola asuh perfectionist, pada saatnya anak tidak tahan lagi dengan
cara kita. Ia pun akan melakukan perlawanan, baik dengan cara menyakiti diri,
dengan perlawanan tersembunyi atau dengan perang terbuka karena orang tua
selalu melarang anak ini itu.
c.
Komunikasi sangat penting dalam kehidupan,
terutama dalam komunikasi antara anak dan orang tua, sehingga tidak ada salah
paham tentang apa yang orangtua mau dan yang anak mau. Sehingga tidak akan
terjadi perdebatan antara anak dan orang tua
d.
Saat anak beranjak dewasa mungkin dari
teman-temanya ada yang melakukan hal yang kurang baik, dan si anak mulai
mencobahal tersebut dan akhirnya terjun seperti teman-temanya.namun tidak
banyak yang akan berubah sediri karna faktor mencari jati diri.
Refrensi
1.
Ibrahim Al HamdMuhammad, 2000, Kesalahan Dalam Mendidik anak:Bagaimana
terapinya, Jakarta : Gema Instan
2.
Bidulph.steve, Bidulph.Sharoon, 2006, Mendidik Anak Dengan Cinta Petunjuk Bagi
Orangtua Agar Anak Menjadi Bahagia. Diterjemahkan oleh : Danan Priyatmoko,
Jakarta : Gramedia