Rabu, 30 Mei 2018

Kerusakan Lingkungan Akibat Perilaku Manusia dan Teknologi


Hasil gambar untuk kerusakan lingkungan akibat manusiaKerusakan lingkungan merupakan lingkungan hidup yang berkurangnya atau tercemarnya sumber daya air, sumber udara, serta sumber tanah. Kerusakan ekosistem dan punahnya fauna liar serta rusaknya lingkungan diatas tanah. Kerusakan lingkungan juga bisa diartikan dengan timbulnya perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat-sifat fisik atau hayati yang mngakibatkan lingkungan menjadi kurang atau tidak adanya fungsi lagi.  Kerusakan lingkungan hidup akan mengakibatkan suatu perubahan sifat-sifat dan unsur-unsur lingkungan yang berakibat peran dan arti penting lingkungan hidup bagi kehidupan menjadi terganggu, bahkan tidak berfungsi lagi. Faktor dari penyebab lingkungan hidup adalah faktor manusia dan faktor kesulitan teknologi.
Faktor perilaku manusia disini adalah dimana manusia memiliki sifat berlebihan dalam mencapai keinginannya. Manusia melihat lingkungan hidup sebagai sumber daya yang harus dipergunakan guna memenuhi kebutuhannya. Sehingga manusia lupa akan kelangsungan hidup lingkungan itu sendiri, manusia menggunakan fasilitas alam dengan sebanyak-banyaknya tanpa memehartikan kelestarian lingkungan hidup yang menyebabkan kerusakan atau hilangnya sumber daya alam yang ada. Seperti penebangan pohon. Faktor perilaku manusia terdapat dari sikap individu. Sikap individu seperti tidak peduli terhadap lingkungan, pandangan yang berpusat pada diri sendiri, perasaan tidak berarti, merupakan sifat yang dapat menebabkan timbulnya kerusakan lingkungan. Kerusakan yang terjadi walaupun dilakukan sedikit demi sedikit, tetapi jika dilakukan terus menerus maka kerusakan lingkungan akan semakin parah. Faktor perilaku manusia terdapat dari Faktor perilaku manusia terdapat dari masyarakat yang bersinergi rendah. Masyarakat seperti ini merupakan masyarakat yang tidak mempunyai satu tujuan sehingga yang terjadi adalah hilangnya kekuatan untuk memperbaiki lingkungan yang telah rusak. Hal ini harus dihindari untuk mencegah terjadinya kerusakan lingkungan. Kegiatan yang dapat merusak ligkungan karena faktor manusia adalah penebangan hutan secara liar (penggundulan hutan). Perburuan hewan liar. Merusak hutan bakau. Penimbunan rawa-rawa untuk pemukiman. Pembuangan sampah di sembarang tempat. Bangunan liar di daerah aliran sungai (DAS). Pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan di luar batas.
Bentuk kerusakan oleh faktor manusia adalah Terjadinya pencemaran (pencemaran udara, air, tanah, dan suara) sebagai dampak adanya kawasan industri. Terjadinya banjir, sebagai dampak buruknya drainase atau sistem pembuangan air dan kesalahan dalam menjaga daerah aliran sungai dan dampak pengrusakan hutan. Terjadinya tanah longsor, sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan. Faktor dalam kesulitan teknologi. Kesulitan dalam mencari teknologi yang ramah lingkungan, sehingga banyak yang menggunakan teknologi yang tidak ramah lingkungan bahkan merusak lingkungan. Seperti menggunakan air conditioner pada ruangan.

Hasil gambar untuk kerusakan lingkungan akibat teknologiDalam sektor industri kemajuan teknologi sangat memberikan kemajuan terhadap industri baja, industri kapal laut, kereta api, industri mobil, yang memperkaya peradaban manusia. bahkan kemajuan teknologi juga mampu menghasilkan sulfur dioksida, karbon dioksida, CFC, dan gas-gas buangan lain yang mengancam kelangsungan hidup manusia akibat memanasnya bumi akibat efek “rumah kaca”. Selain efek rumah kaca, tercemarnya udara juga diakibatkan oleh asap pembuangan dari industri-industri pabrik. Teknologi yang diandalkan sebagai instrumen utama dalam “revolusi hijau” mampu meningkatkan hasil pertanian, karena adanya bibit unggul, bermacam jenis pupuk yang bersifat suplemen, pestisida dan insektisida. Dibalik itu, teknologi yang sama juga menghasilkan berbagai jenis racun yang berbahaya bagi manusia dan lingkungannya, bahkan akibat rutinnya digunakan berbagi jenis pestisida ataupun insektisida mampu memperkuat daya tahan hama tanaman misalnya wereng dan kutu loncat. Teknologi juga mampu memberi rasa aman dan kenyamanan bagi manusia serta mampu menyediakan berbagai kebutuhan manusia saat ini, seperti halnya hasil dari teknologi diantaranya obat anti nyamuk yang praktis untuk disemprotkan atau tabung gas kebakaran untuk mengatasi kebakaran, alat-alat pendingin (lemari es dan AC), dan berbagai jenis aroma parfum dalam kemasan yang menawan. Serangkai dengan proses tersebut, ternyata CFC (chiorofluorocarbon) dan tetra fluoro ethylene polymer yang digunakan justru dapat menimbulkan menipisnya lapisan ozon di stratosfer. Teknologi memungkinkan negara-negara berkembang untuk memanfaatkan kekayaan alamnya dalam rangka meningkatkan sumber devisa negara dan berbagai pembiayaan pembangunan, namun akibat yang ditimbulkannya dapat merusak hutan tropis sekaligus berbagai jenis tanaman berkhasiat obat dan beragam jenis fauna yang langka.

Nama   : Titi Hanifatul Karimah
Kelas   : 3ID11
NPM   : 36415911

Konsep Ekologi Dalam Ilmu Pengetahuan Lingkungan Konsep Ekologi Hutan


Hasil gambar untuk ekologi
Ekologi merupakan ilmu yang mepelajari tentang interaksi antara organisme dengan lingkungannya . ekologi berasal dari kata oikos (bahasa Yunani) yang berarti habitat dan logos yang berarti ilmu. Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari interaksi antar makhluk hidup dengan lingkungan sekitarnya. Ernst Haeckal pada tahun 1834-1914 mengungkapkan istilah ekologi yang mempelajari makhluk hidup sebagai kesatuan dengan lingkungannya. Konsep dasar ekologi sudah dilakukan dalam masyarakat tradisional. Bagaimana konsep hidup manusia dengan hewan, air dan udara serta tumbuh-tumbuhan yang memenuhi kehidupan manusia dan hewan.  Konsep ekologi seperti konsep gunungan dalam pewayangan  atau konsep hasta brata dalam kehidupan kejawen. Namun konsep yang ada pada masyarakat tradisional tidak dipandang sebagai konsep ilmu ekologi, karena pada dasarnya tidak dicetuskan secara teoritis. Mereka mengetahui ilmu ilmu ekologi dari barat secara tertulis. Kehidupan primitif untuk bisa bertahan hidup membutuhkan pengetahuan tentang lingkungan mereka tinggal , tentang bagaimana kekuatan alam dan tumbuh-tumbuhan, serta bagaimana buasnya hewan liar yang ada disekitar mereka. Bahkan tentang api yang bisa dipergunakan dan diperkenalkan sebagai budaya dan melalui kebudayaan pada saat manusia pertama kali mengenal api sebagai dewa. Tetapi itu semua belum menyangkut kedalam ilmu ekologi yang sebenarnya, hanya sekedar ilmu bagaimana mereka dapat mempertahankan hidup mereka. Pemenuhan kebutuhan manusia bisa terpenuhi karena adanya pemanfaatan lingkungan yang terbentuk karena pengelolaan lingkungan hidup. Dari pengelolaan lingkungan hidup, maka terjadilah hubungan timbal balik antara lingkungan biofisik dengan lingkungan sosial. Dalam hal timbal baliik antar manusia dengan lingkungan ini sudah berkaitan dengan konsep ekologi, terutama tentang konsep hubungan timbal balik antar lingkungan biofisik dengan lingkungan sosial. Dengan demikian apabila membicarakan lingkungan hidup, maka konsep ekologi akan selalu terkait.

Hasil gambar untuk hutan
Ekologi hutan merupakan cabang dari ekologi yang  husus mempelajari ekosistem hutan. Hutan dipandang sebagai suatu ekosistem karena hubungan antara masyarakat tetumbuhan yang membentuk hutan dengan binatang liar dan didalamnya terdapat alam lingkungan yang sangat erat. Oleh karena itu, hutan yang dipandang sebagai suatu ekosistem dapat dipelajari dari segi autekologi maupun sinekologinya. Dari segi autekologi, maka di hutan bisa dipelajari pengaruh suatu faktor lingkungan terhadap hidup dan tumbuhnyasuatu jenis pohon yang sifat kajiannya mendekati fisiologi tumbuhan, dapat juga dipelajari pengaruh suatu faktor lingkungan terhadap hidup dan tumbuhnya suatu jenis binatang liar atau margasatwa. Bahkan dalam autekologi dapat dipelajari pola perilaku suatu jenis binatang liar, sifat adaptasi suatu jenis binatang liar, maupun sifat adaptasi suatu jenis pohon. Dari segi sinekologi, dapat dipelajari berbagai kelompok  jenis tumbuhan sebagai suatu komunitas, misalnya mempelajari pengaruh keadaan tempat tumbuh terhadap komposisi dan strukturvegetasi, atau terhadap produksi hutan. Dalam ekosistem hutan itu bisa juga dipelajari pengaruh berbagai faktor ekologi terhadap kondisi populasi, baik populasi tumbuhan maupun populasi binatang liar yang ada di dalamnya. Akan tetapi pada prinsipnya dalam ekologi hutan, kajian dari kedua segi (autekologi dan sinekologi) itu sangat penting karena pengetahuan tentang hutan secara keseluruhan mencakup pengetahuan semua komponen pembentuk hutan, sehingga kajian ini diperlukan dalam pengelolaan sumber daya hutan. Hutan dipandang sebagai suatu ekosistem adalah sangat tepat, mengingat hutan itu dibentuk atau disusun oleh banyak komponen yang masing-masing komponen tidak bisa berdiri sendiri, tidak bisa dipisah-pisahkan, bahkan saling memengaruhi dan saling bergantung.
Berdasarkan atas komposisi jenis organisme yang dikaji, maka ekologi digolongkan menjadi dua sebagai berikut. Yang pertama autekologi, yaitu ekologi yang mempelajari suatu spesies organisme atau organisme secara individu yang berinteraksi dengan lingkungannya. Contoh autekologi misalnya mempelajari sejarah hidup suatu spesies organisme (baik tumbuhan maupunbinatang), perilaku, dan adaptasinya terhadap lingkungan. Jadi, jika kita mempelajari hubungan antara pohon Pinus merkusil dengan lingkungannya, maka itu termasuk autekologi. Yang kedua sinekologi, yaitu ekologi yang mempelajari kelompok organisme yang tergabung dalam satu kesatuan dan Baling berinteraksi dalam daerah tertentu. Misalnya mempelajari struktur dan komposisi spesies tumbuhan di hutan rawa, hutan gambut, atau di hutan payau, mempelajari pola distribusi binatang liar di hutan alam, hutan wisata, suaka margasatwa, atau di taman nasional, dan lain sebagainya.
Cagar alam dan suaka margasatwa, taman burung dan taman wisata, taman laut, taman nasional, hutan lindung, dan hutan produksi, semuanya merupakan suatu ekosistem. Manusia yang memanfaatkan atau mengelola ekosistem tersebut harus mempunyai pengetahuan ekologi (ekologi hutan) dan mau menerapkan dalam setiap kegiatan pemanfaatan dan pengelolaan hutan, sehingga hutan dapat dimanfaatkan secara maksimal dan kelestariannya terjamin. Bahkan seharusnya pengetahuan ekologi hutan menjadi prasyarat bagi profesi rimbawan, bagi para. petugas yang mengelola ekosistem hutan, bagi para pecinta alam dan lingkungan, dan bagi siapa pun yang ingin memanfaatkan atau mempunyai kepentingan dengan ekosistem hutan (Manan, 1978). Dengan demikian, kesalahan yang mungkin terjadi dalam melakukan pengelolaan terhadap semua jenis ekosistem hutan dapat dicegah dan dihindari.
Dalam bidang pembinaan hutan, dapat dikemukakan bahwa silvikultur sesungguhnya sama dengan penerapan ekologi hutan untuk aspek budi daya pohon hutan. Manan (1978) menyatakan bahwa pentingnya menerapkan konsep ekologi dalam perhutanan, hal itu sebagai respons terhadap adanya upaya penanaman secara monokultur yang dilakukan besar-besaran. Sesungguhnya yang dinamakan silvikultur intensif (intensive silviculture) itu hanya bisa bertahan jika dilakukan pemberian pupuk, pemberantasan hama dan penyakit, Beserta perlindungan secara intensif terhadap kebakaran. Gejala tersebut sudah mulai tampak dan terasa dalam pengelolaan hutan jati dan hutan tusam di Indonesia, sehingga memang lebih baik berhati­hati dalam membangun hutan monokultur, tegakan murni, ataupun hutan seumur dalam Skala besar.
Berdasarkan atas uraian di atas, maka logis (masuk akal) bahwa setiap langkah dan tindakan manusia dalam mengelola sumber daya alam seperti air, tanah, mineral, minyak bumi, energi, dan hutan akan selalu mengakibatkan perubahan yang positif maupun negatif. Dalam hal demikian, pengetahuan ekologi dapat membantu manusia untuk memanfaatkan dan melestarikan sumber daya alam. Oleh karena itu, di bidang perhutanan, kesalahan pengelolaan hutan dapat dihindari jika semua orang yang terkait dengan ekosistem hutan itu memahami aturan main ekologi yang disebut sebagai konsep ekologi.
Penebangan hutan atau penjarangan pohon yang dilakukan terlalu keras, kesalahan memilih jenis pohon untuk reboisasi, pemasukan jenis asing tanpa pengujian dan percobaan lapangan terlebih dahulu, konversi hutan alam di pegunungan menjadi hutan tanaman monokultur, penebangan hutan tanpa keahlian rimbawan, pembakaran hutan, perladangan berpindah, dan kegiatan lain yang merusak ekosistem hutan, semuanya akan berakibat parch dan mengancam kelestarian sumber daya hutan di Indonesia. Dengan demikian, para rimbawan dan calon rimbawan harus berpandangan jauh ke depan tentang kelestarian hutan, dan perlu membekali diri dengan pengetahuan ekologi hutan. Menurut saran yang dikemukakan oleh Manan (1978): "Lebih baik berhemat dalam memanfaatkan kekayaan nasional berupa hutan daripada di kemudian hari kita dan generasi kita mewarisi jutaan hektar padang alang-alang yang gersang."
http://andre4088.blogspot.com/2012/08/ekologi-hutan.html

Tugas Kewirausahaan: Business Plan Usaha Bola Ubi Unyu

KEWIRAUSAHAAN ( USAHA DIBIDANG MAKANAN “BOLA UBI UNYU ”) Disusun Oleh : NAMA                     : Titi Hanifatul Karimah ...